Digital Marketing RWD Indonesia

Generation Prime diluncurkan untuk membuat layanan kesuburan lebih mudah diakses di Asia

Generasi Perdana, sebuah startup yang ingin menjadikan IVF dan layanan kesuburan lainnya lebih mudah diakses oleh pasien di Asia, meluncurkan dua klinik pertamanya di Bangkok dan Kuala Lumpur. Perusahaan juga mengumumkan pendanaan awal yang dipimpin oleh Recharge Capital, yang menginkubasinya, dengan partisipasi dari Thiel Capital, Shamrock Holdings, sarana investasi keluarga Disney dan Blue Lion Global.

Generation Prime menggambarkan dirinya sebagai “klinik layanan kesehatan IVF full-stack, closed-loop” pertama di Asia Tenggara, yang berarti bahwa layanan IVF akan diberikan melalui saluran digital dan fisik, dimulai dengan konsultasi awal dan termasuk pembekuan sel telur dan sperma, diagnosis , pengujian, IVF dan ibu pengganti. Klinik berharap untuk melayani pasien yang tinggal secara lokal, serta mereka yang bepergian dari negara lain, seperti China, untuk layanan kesuburan.

Selama tiga tahun ke depan, Generation Prime berencana membuka total 15 klinik di Thailand, Malaysia, dan Singapura. Lorin Gu, mitra pendiri di Recharge Capital, mengatakan perusahaan menginkubasi Generation Prime karena orang-orang di Asia menginginkan pilihan dan fleksibilitas untuk keluarga berencana, tetapi seringkali tidak memiliki akses ke layanan kesuburan di negara tempat mereka tinggal.

Mitra pendiri Recharge Capital, Lorin Gu

“Di seluruh Asia dan Asia Tenggara, struktur hukum yang berbeda telah menciptakan industri yang sangat terfragmentasi,” katanya. Dia menambahkan bahwa penelitian menunjukkan pada tahun 2045, hampir setengah dari pasangan diharapkan menggunakan IVF untuk memulai keluarga mereka. “Terlepas dari penanda ini, kondisi kesehatan wanita hanya mencapai 1% dari dana penelitian farmasi pada tahun 2020.”

⭐ Baca juga :  Ceibo menggali Seri B senilai $30 juta untuk mengekstraksi lebih banyak tembaga dari tambang yang ada

Generation Prime mengharapkan sekitar 70% kliennya adalah turis medis dari China, dan 30% adalah pasien lokal. “Ini bukan karena pasien lokal tidak aktif menggunakan layanan IVF, tetapi terutama karena populasi China yang sangat besar dan permintaan yang tidak terpenuhi di negara tersebut,” kata Gu. “Selain itu, China tidak mengizinkan banyak prosedur IVF yang saat ini diinginkan oleh pasien yang mencari layanan keluarga berencana yang lebih kuat, dan akibatnya, sejumlah besar pasien didorong masuk ke pasar Asia Tenggara.”

*******

Source: techcrunch.com
FullbloggerBlog Internet Marketing And Online Business

Artikel Terkait :

Tinggalkan komentar

Digital Marketing RWD Indonesia
Home
About Me
Kontak
Tools
Cari